Pages

Jumat, 17 Februari 2012

POLA KEMITRAAN ANDALAN SEKTOR AGRIBISNIS

Pemerintah telah bertekad menjadikan sektor agribisnis sebagai sektor unggulan. Untuk jangka panjangnya, diharapkan sektor ini dapat menjadi lokomotif bagi stimulasi pembangunan nasional.
Pemerintah telah bertekad menjadikan sektor agribisnis sebagai sektor unggulan. Untuk jangka panjangnya, diharapkan sektor ini dapat menjadi lokomotif bagi stimulasi pembangunan nasional.
Indonesia mempunyai potensi besar di sektor agribisnis. Kekayaan sumber daya agribisnis sangat besar, agribisnis berperan sebagai mata pencaharian sebagian besar penduduk, serta agribisnis mempunyai potensi menghasilkan pemasukan devisa bagi negara.
Ironisnya, potensi sektor agribisnis belum tergarap secara optimal. Pertumbuhan kapasitas produksi dan utilisasi agribisnis dirasakan masih lambat.


Akibatnya, keinginan untuk mengandalkan sektor agribisnis sebagai salah satu faktor pendu-kung stimulasi pemulihan ekonomi dirasakan masih akan menghadapi kendala.

Saling terkait.

Untuk mengetahui penyebab ku-rang optimalnya kegiatan agribisnis di Indonesia saat ini kita dapat mencermatinya melalui pendekatan anatomi agribisnis. Agribisnis dapat dikelompokkan dalam tiga sub sistem agribisnis.

Pertama, sub sistem agribisnis hulu, yang meliputi kegiatan di luar pertanian (off-farm), seperti bio-technology; industri agrokimia (pupuk, pestisida); alat-alat pertanian; dan pakan ternak. Kegiatan lainnya adalah kegiatan dalam pertanian (on-farm), seperti pembibitan/pembenihan, budidaya perikanan; peternakan; perkebunan; pertanian.

Kedua, sub sistem agribisnis hilir, yang meliputi kegiatan pengolahan hasil produksi sektor agribisnis berupa industri terkait makanan dan industri bukan makanan.

Ketiga, sub sistem jasa penunjang, yang meliputi kegiatan-kegiatan yang menunjang kegiatan sektor agribisnis, seperti industri pengolahan/pengawetan, agrowisata, perdagangan/jasa, transportasi, dan jasa pembiayaan/keuangan.

Pelaku usaha agribisnis di tingkat masyarakat banyak berada di sub sistem agribisnis hulu on-farm. Kegiatan usaha mereka cenderung marginal, dalam arti karena keterbatasan dukungan pendanaan serta relatif masih sederhananya teknis produksi yang dipergunakan, menyebabkan pelaku usaha ini kurang dapat berkembang.

Dilain pihak, pelaku usaha di sub sistem yang lain, rata-rata merupakan pengusaha non marginal, dalam arti kapasitas usaha mereka relatif cukup besar serta dukungan permodalan mereka cukup baik.

Ketimpangan kedua kelompok pelaku usaha ini semakin diperparah dengan adanya penyebaran demografis yang kurang mendukung perkembangan sektor agribisnis pada umumnya.

Kegiatan on-farm cenderung berada di daerah yang jauh dari pusat kegiatan pasar maupun pusat kegiatan sub sistem agribisnis hulu off-farm maupun sub sistem agribisnis hilir dan jasa penunjang.

Akibatnya, pelaku usaha on-farm sering terdiskriminasikan dalam hal penentuan harga jual produknya karena faktor jarak distribusi, tingginya cost structure, serta kesulitan memperoleh dukungan pendanaan.

Untuk dapat meningkatkan kinerja para pelaku sektor agribisnis, khususnya para petani on-farm, harus dipahami bahwa kegiatan ketiga sub sistem agribisnis yang ada sebenarnya saling terkait dan saling mendukung. Apabila dibiarkan masing-masing seolah-olah terkotak-kotak dalam aktivitas usahanya, dapat berakibat kepada terjadinya diskrimanasi usaha.

Pola kemitraan

Alternatif yang dapat diambil untuk mengatasi kendala terkotaknya masing-masing sub-sistem agribisnis, khususnya dalam rangka meningkatkan peran pelaku usaha on-farm adalah melalui pola kemitraan.

Pola kemitraan yang mengaitkan antara perusahaan inti dan petani plasma mempunyai kekuatan ekonomi yang cukup tinggi, karena di samping pola kemitraan ini dapat mengatasi kendala pendanaan maupun kualitas di tingkat petani, kemitraan juga dapat menjamin pemasaran maupun tingkat harga hasil produksi petani.

Perusahaan inti juga memperoleh manfaat yang besar antara lain mereka dapat memasarkan produknya kepada plasma mitra mereka, atau mereka akan mendapat jaminan pasokan bahan baku dari mitranya.

Contoh pola kemitraan agribisnis yang cukup berkembang saat ini adalah kemitraan antara perusahaan pakan ternak dengan peternak ayam.

Perusahaan inti memberikan berbagai modal kepada peternak, mulai dari ayam DOC (day old chicken); pakan; sampai obat-obatan. Peternak hanya menyiapkan kandang dan tenaga.

Setelah ayam yang dipelihara berusia 35 hari dan laku dijual, peternak baru mendapat hasilnya. Untuk pola kemitraan ternak ayam ini, bagi hasilnya meliputi dua bentuk.

Pertama, setelah panen, peternak hanya mendapat upah sekitar Rp500 per ekornya.

Kedua, peternak menerima upah dari selisih perhitungan antara jumlah modal yang diberikan dan hasil penjualan ayam.

Dalam pola kemitraan ini, perusahaan akan menjamin harga minimum ayam siap jual, artinya bila harga ayam di pasar jatuh, peternak tidak akan dirugikan karena produksi ayam akan dibeli perusahaan inti dengan harga dasar yang telah disepakati.

Pola kemitraan lain yang cukup potensial untuk dikembangkan adalah kemitraan antara perusahaan pengolahan ikan dengan nelayan penangkap ikan.

Nelayan sebagai pemasok ikan, sedangkan perusahaan inti melaksanakan beberapa fungsi dari pengadaan kapal sampai pembelian ikan.

Mengatasi kendala

Pola kemitraan ini cukup menjanjikan dan dapat diterapkan di hampir semua kegiatan usaha agribisnis. Kemitraan ini diharapkan pula dapat mengatasi kendala yang selama ini menjadi penghambat pengembangan pelaku usaha agribisnis, baik dalam hal teknis budidaya; produksi; pemasaran; maupun pendanaannya.

Yang terpenting, pola kemitraan menjanjikan dihasilkannya kemajuan kegiatan usaha yang sejajar antara perusahaan inti dengan plasma.

Bagi perbankan, pola kemitraan ini juga relatif cukup aman untuk diberikan kredit. Dari sisi manajemen usaha, kemitraan menjanjikan keamanan pasokan bahan baku maupun pemasaran. Kemitraan juga dapat mengatasi kendala agunan bagi plasma, melalui mekanisme adanya jaminan avalis dari perusahaan inti.

Pola kemitraan ini juga memberikan peluang bagi perbankan untuk dapat lebih meningkatkan penyaluran kreditnya, karena dalam kemitraan, kredit perbankan dapat diberikan baik kepada inti saja, atau plasma saja, atau kepada inti dan plasma secara bersama-sama.


Sumber: http://www.situshijau.co.id/tulisan.php?act=detail&id=302&id_kolom=2

0 komentar:

Posting Komentar